Minggu, 23 Januari 2011

Kalium Pada Kentang

 Oleh : Nurul Fidiyati, SP, M.A
Kalium merupakan unsur hara esensial tanaman, bahkan semua makhluk hidup. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsi spesifiknya di dalam tanaman. Menurut Winarso (2005), fungsi K sebagai hara esensial bagi pertumbuhan tanaman adalah: 1) esensial dalam sintesis protein, 2) penting dalam pembentukan buah, 3) membantu tanaman dalam mengatasi gangguan penyakit, 4) membantu dalam kesetimbangan ion dalam tanaman, 5) meningkatkan daya tahan tanaman terhadap iklim yang tidak menguntungkan, 6) penting dalam tranlokasi logam-logam berat seperti Fe, (7) terlibat aktif dalam lebih 60 sistem enzim yang mengatur reaksi-reaksi kecepatan pertumbuhan tanaman. Kalium juga berperan dalam proses fotosintesis dan transpirasi tanaman (Suyamto, 1989 dalam Yanto; 2004). Tanaman dapat menyerap kalium jauh dari yang sebenarnya diperlukan, kencenderungan ini disebut pemakaian berlebihan, karena kenaikan serapan kalium tidak lagi diikuti oleh bertambahnya produksi. (Soepardi, 1983). Kalium di dalam tanaman ada dalam bentuk K+ yang bervariasi sekitar 1,7% hingga 2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara normal.
Kalium tidak selalu mempengaruhi produksi, tetapi secara umum lebih berpengaruh pada kualitas hasil, kandungan bahan kering, black spot, kerusakan mekanik, perubahan warna setelah diolah dan daya simpan. Hooker (dalam Mustofa, 1994) menjelaskan bahwa gejala kekurangan kalium pada kentang ditandai dengan kenampakan awal berupa tajuk hijau kebiruan atau berkilat yang abnormal. Sedangkan apabila kelebihan kalium ada kemungkinan defisiensi unsur Ca dan Mg yang mungkin pertama defisien (Jones et al., 1991).
Suplai K ke dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah. Rendahnya Kalium tersedia dalam tanah terutama disebabkan oleh pengangkutan melalui panen berkali-kali yang dilakukan tanpa pengembalian unsur tersebut di dalam tanah. Keadaan itu menyebabkan rendahnya tingkat kesuburan tanah yang bersangkutan sehingga merupakan faktor pembatas untuk produk selanjutnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kesuburan tanah secara tidak langsung berhubungan dengan komposisi kimia tanah. Faktor yang paling penting adalah tingkatan bentuk hara yang tersedia bagi tanaman. Rinsema (1986), mengemukakan bahwa di dalam praktek cukup banyak dijumpai pemupukan yang tidak efektif. Pemupukan yang efektif adalah pemupukan yang melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatif meliputi: unsur pupuk yang diberikan relevan dengan masalah nutrisi yang ada, waktu penempatan pupuk, unsur hara yang berada pada waktu dan tempat yang tepat dapat diserap dan digunakan oleh tanaman. Unsur hara yang diserap dan digunakan untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya. Sedangkan persyaratan kualitatif pemupukan adalah dosis pupuk.
Menurut (Hakim et al., 1986), sumber utama Kalium tanah adalah kerak bumi yang mengandung asam mineral kalium. Sebagai unsur, Kalium tidak dapat berdiri sendiri namun selalu terdapat dalam persenyawaan dalam berbagai batuan, mineral, dan larutan garam.
Status kalium tanaman berpengaruh besar terhadap laju perluasan daun, selain itu juga memperbaiki fungsi stomata sehingga kehilangan air melalui transpirasi dapat dikurangi sebesar 30 % dan serapan CO2 ditingkatkan sebesar 70 % (Koch dan Estes, 1976). Kalium ternyata juga mampu memperbaiki mekanisme penyimpanan air dalam sel dan turgor sitoplasma serta protein ensim, sehingga menyediakan kondisi yang sesuai untuk fotosintesis dan tahap-tahap metabolisme selanjutnya. Turgor sangat menentukan ketegaran daun, sehingga juga berpengaruh terhadap intersepsi cahaya.
Menurut Koch dan Estes (1976) pengaruh utama kalium pada tanaman kentang adalah mengurangi sukulensi daun, memperbesar umbi, dan dapat menunda pengguran daun yang mengakibatkan bertambahnya luas daun yang pada akhirnya meningkatkan hasil. Menurut Supartini 1979, (dalam Christiningsih 1991) kalium banyak diserap pada fase vegetatif, sedangkan fase pemasakan serapan K rendah. Serapan K yang tinggi menunjukkann bahwa K mampu berkompetisi dengan serapan kation lain. Menurut Madjid (2007) kentang menyerap unsur K melalui 2 mekanisme yaitu difusi dan aliran massa. Difusi adalah mekanisme yang banyak digunakan tanaman kentang untuk menyerap kalium sebesar 77,7%.
Unsur hara lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kentang adalah Nitrogen, Fosfor, Kalsium, Magnesium, dan Belerang.
Nitrogen dosis tinggi akan merangsang pertumbuhan tajuk dan menunda pembentukan umbi (Beukema dan Vander Zaag, 1997). Fosfor sangat penting pada pertumbuhan awal dan pembentukan umbi. Gejala defisiensi pada umbi tidak memperlihatkan gejala eksternal, tetapi bercak berwarna karat kecoklatan akan terbentuk dalam umbi dengan pola radial (Jones et al., 1991). Hooker (dalam Mustofa, 1994), kalsium berfungsi merangsang pertumbuhan dan perkembangan tepung sari. Apabila kekurangan kalsium maka umbi dari tanaman akan memperlihatkan nekrosis kecoklatan pada jaringan pembuluh.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Mantap gan. Terima kasih ilmunya