Jumat, 28 Januari 2011

"Ketika Uang Menjadi Majikan"

Oleh : Nurul Fidiyati, M.A


        Uang secara umum memang merupakan alat yang digunakan untuk tukar menukar dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.

        Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara barter. Namun sepertinya semakin berkembangnya jaman, kedudukan dan fungsi uang dapat berubah. Kalau dulu mungkin hanya sebagai alat tukar menukar saja, berbeda dengan sekarang selain sebagai alat tukar ternyata uang juga memiliki kedudukan tersendiri terutama di negri tercinta kita ini. Boleh di kata uang sekarang menjadi majikan.Maksudnya bila kita memiliki uang yg banyak kita akan membeli apapun di negeri kita ini. Mau jalan kemana aja, liburan ke mana aja, bahkan mungkin hukum saja bisa kita beli apabila kita punya uang yg berlebih...ya memang tdk semua aspek hukum bisa kita beli, namun sudah byk contoh fakta di negri ini yg menunjukkan demikian. Nampaknya hal seperti ini memang menjadikan uang sebagai majikan, bukan kita yg memperbudak uang untuk mencapai tujuan hidup kita tapi malah sebaliknya kita yg diperbudak oleh uang.
       Punya uang banyak memang tidak mudah, tetapi menjadi orang yg memiliki uang banyak atau orang kaya lebih tidak mudah lagi. Kita perlu ingat bahwa semua yg ada di dunia ini hanya titipan, termasuk bila kita memiliki uang yg melimpah ruah. Makanya berhati-hatilah km, yg mempunyai uang banyak. Kalau pemanfaatannya benar maka uang akan jadi barokah, tapi bila pemanfaatannya salah yg ada menjadi sumber malapetaka. Semua ini akan tergantung dari pemiliknya....

Rabu, 26 Januari 2011

"Akibat Dusta"

Ada sebuah cerita tentang betapa jeleknya sikap seorang Muslim yang menghina saudaranya yang Muslim. Cerita ini dikisahkan oleh Husein Mazhairi dalam bukunya Jihad an-Nafs. Ada seorang wanita tua pergi menemui dokter.Dia berkata kepada dokter, “Kertas resep yang telah anda berikan kepada saya telah saya rebus dan saya minum, akan tetapi kesehatan saya belum juga pulih.” Wanita tua itu tidak mengerti bahwa kertas resep itu harusnya untuk menebus obat di apotik bukannya direbus dan diminumnya.

Dokter itu kemudian berkata kepadanya, “Betapa ruginya roti yang diberikan kepada anda oleh suami anda.” Lalu dokter itu pun kembali menuliskan resep, dan menyuruh wanita desa itu pergi ke apotik untuk menebus obat dan menggunakannya, agar penyakitnya sembuh.” Kemudian tiba giliran sahabat Husein Mazhairi, sudah tidak ada orang lain selain dia dan dokter.

Ia berkata kepada dokter, “Wahai dokter, apa yang anda telah perbuat hari ini?” Dokter itu bertanya, “Apa yang telah saya lakukan?” Ia berkata lagi, “Anda tidak hanya telah melakukan satu dosa, melainkan Anda telah melakukan banyak dosa. Dosa anda yang pertama adalah memperolok seorang Muslim. Dan jika seorang Muslim memperolok seorang Muslim lainnya, serta menjatuhkan harga dirinya, maka dosa yang dilakukannya itu sungguh besar sekali.”
Kemudian ia melanjutkan perkataannya, “Adapun dosa yang kedua ialah anda telah menyebabkan orang lain menertawakan dan melecehkan wanita desa itu, sehingga dia merasa malu. Jika anda tidak mengeluarkan kata-kata itu maka orang-orang tidak akan memperolok-olokannya.
Adapun dosa anda yang ketiga adalah anda telah berdusta manakala anda mengatakan, ‘Betapa ruginya roti yang diberikan kepada anda oleh suami anda.’ Perkataan ini adalah dusta. Wanita ini tidak tahu apa yang harus dia lakukan terhadap resep obat. Darimana anda tahu bahwa dia bukan seorang istri dan ibu rumah tangga yang saleh? Dia adalah seorang istri dan ibu rumah tangga yang saleh. Oleh karena itu, perkataan anda yang berbunyi ‘Betapa ruginya roti yang diberikan kepada anda oleh suami anda’ adalah perkataan dusta.”
Dari cerita itu kita dapat melihat betapa perbuatan yang tampaknya kecil ternyata telah mengakibat dosa yang besar. Allah berfirman, “Maka jauhilah olehmu berhala yang najis itu dan jauhilah olehmu perkataan-perkataan dusta.” (QS. al-Hajj:30) Hikmah dari cerita ini salah satunya adalah bahwa kita harus mengawasi tingkah laku kita. Inilah yang membedakan antara orang yang bodoh dan yang berakal. Seorang yang berakal adalah orang yang berpikir terlebih dahulu baru kemudian berbicara; sementara orang yang bodoh adalah orang yang berbicara terlebih dahulu baru kemudian berpikir.
Perilaku seorang Muslim dalam bertindak hendaknya dilakukan dengan berpikir dulu baru kemudian berbicara. Misalnya anda adalah seorang guru, dan kemudian anda berbicara di dalam kelas yang mendatangkan musibah. Perkataan yang anda katakan itu bisa menimbulkan kekacauan pada diri seseorang dan mendatangkan berbagai musibah. Perkataan anda itu pada hakikatnya telah membunuh anak-anak murid. Karena, perkataan anda itu telah merusak kepribadiannya yang ini jauh lebih buruk dibandingkan pembunuhan jasmani.
Ada sebuah kisah yang patut kita simak bahwa dengan tidak berdusta akan berdampak pada kebaikan diri. Ketika Syaikh Abdul Kadir, tokoh sufi terkenal, berusia 18 tahun, ia meminta izin kepada ibunya merantau ke Baghdad untuk menuntut ilmu agama. Ibunya tidak menghalangi cita-cita Abdul Kadir meskipun ia keberatan melepaskan anaknya pergi jauh sendirian. Sebelum pergi ibunya berpesan supaya jangan berkata bohong dalam keadaan apapun juga. Ibunya membekalkan uang 40 dirham dan dijahit di dalam pakaian Abdul Kadir. Sesudah itu ibunya melepaskan Abdul kadir pergi bersama-sama satu rombongan yang kebetulan hendak menuju ke Baghdad.
Dalam perjalanan, mereka telah diserang oleh para penyamun. Seluruh harta kafilah tersebut dirampas, tetapi penyamun tidak mengusik Abdul Kadir karena menyangka dia tidak mempunyai apa-apa. Salah seorang perompak bertanya Abdul Kadir apa yang dia punya. Abdul Kadir menerangkan dia ada uang 40 dirham di dalam pakaiannya. Penyamun itu kemudian melaporkan kepada ketuanya. Pakaian Abdul Kadir dipotong dan didapati ada uang sebagaimana yang dikatakannya.
Pimpinan penyamun bertanya kenapa Abdul Kadir berkata benar walaupun diketahui uangnya akan dirampas? Abdul Kadir menerangkan bahwa dia telah berjanji kepada ibunya supaya tidak berbicara bohong walau apa pun yang terjadi. Ketika mendengar Abdul Kadir berbicara begitu, ketua penyamun menangis dan menginsyafi kesalahannya. Sedangkan Abdul Kadir yang kecil tidak mengingkari kata-kata ibunya betapa dia yang telah melanggar perintah Allah sepanjang hidupnya. Pimpinan penyamun bersumpah tidak akan merompak lagi. Dia bertaubat di hadapan Abdul Kadir diikuti oleh pengikut-pengikutnya.
Merebaknya kedustaan dan langkanya kejujuran inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia terjerambah dalam mega permasalahan sampai sekarang. Dewasa ini ketidakjujuran dalam beragam bentuknya nyaris dapat ditemui pada semua lapisan masyarakat dan pada semua dimensi kehidupan: politik, sosial, ekonomi, atau pendidikan.
Dalam kehidupan politik para politisi lebih terfokus pada perebutan kekuasaan, terutama menjelang Pemilu 2004 daripada mengembangkan kepedulian untuk bersama-sama memperbaiki situasi negara dan bangsa. Suara lantang mereka saat kampanye pemilu lalu bahwa mereka akan memperjuangkan nasib rakyat belum dibuktikan secara serius dan nyata sampai kini. Pada kehidupan sosial, ketidakjujuran juga telah menjadi gejala fenomenal. Kesepakatan untuk hidup damai antar-etnis, antar-agama, dan sejenisnya lebih merupakan sekadar retorika yang tidak didukung kejujuran dan ketulusan hati. Akibatnya, konflik terus berkembang dan kehidupan kian memanas.
Aspek kehidupan lain, seperti pendidikan dan ekonomi, menunjukkan secara jelas kejujuran belum dijadikan landasan mengembangkan kependidikan atau aspek yang bersifat ekonomi. Pendidikan yang berjalan sejauh ini lebih terkesan formalistik ketimbang sebagai proses transformatif. Pendidikan masih belum mampu mengakomodasi eksistensi manusia seutuhnya.
Ekonomi masih bersifat pembangunan kapitalistik yang hanya “membesarkan” sebagian kecil elite bangsa. Pendidikan rakyat atau ekonomi kerakyatan hanya gaung yang belum ada wujudnya. Semua itu mengungkapkan, kebohongan atau kemunafikan telah mendominasi-sampai derajat tertentu-kehidupan bangsa. Sedangkan kejujuran dan sebangsanya kian terpinggirkan dan menjadi barang yang hampir langka bagi “bangsa besar” ini.
Janji-janji muluk para politisi merupakan kedustaan jika mereka tidak menepatinya. Kita sebagai Muslim harus hati-hati di dalam perkataannya dengan berpikir terlebih dahulu, baru kemudian berbicara. Karena jika kita melukai perasaan orang lain maka kita akan kehilangan kecintaan dari hati-hati manusia, dan menjadi orang yang tidak disukai oleh masyarakat.
Di sinilah perang nilai-nilai agama perlu didekati kembali, dipahami, dan diaplikasikan secara utuh. Agama tidak dapat dijadikan sebagai wahana penyelamat manusia di alam eskatalogis semata. Agama perlu dijadikan moralitas kehidupan yang dapat menyelamatkan seluruh umat manusia di dunia dari kehancuran dan kebiadaban. Salah satunya adalah menegakkan sifat kejujuran, yang merupakan buah agama dari nilai-nilai tasawuf yang diajarkan para sufi sejati.
Dalam buku yang sama Husain Mazhairi menceritakan pula sebuah riwayat tentang seorang pemuda yang meninggal dunia. Kemudian jenazahnya dimandikan, dikafankan dan dimakamkan oleh Rasulullah saw. Setelah orang-orang meletakkan jenazah pemuda itu di dalam kubur, ibunya datang ke kuburannya. Lalu ibunya berkata, “Wahai anakku, sebelum ini saya bersedih atas kematianmu. Akan tetapi sekarang, setelah saya menyaksikan Rasulullah saw sendiri yang menguburkan kamu maka saya pun tidak bersedih hati lagi. Ketahuilah olehmu, bahwa kamu adalah orang yang berbahagia.”
Ketika mendengar perkataan itu Rasulullah saw tidak mengatakan sepatah kata pun. Setelah itu ibunya pun pulang. Rasulullah berkata, “Sesungguhnya lubang kubur menghimpitnya dengan himpitan yang mematahkan tulang-tulang dadanya.” Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, dia adalah seorang pemuda yang baik dan istiqamah.” Rasulullah berkata, “Benar, akan tetapi pada dirinya banyak terdapat perkataan yang tidak perlu. Perkataan yang tidak perlu adalah perkataan yang dikatakan oleh seseorang yang mana perkataan itu tidak ada manfaatnya sama sekali, baik di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya hasil pertama yang diperoleh dari perkataan yang seperti ini ialah himpitan kubur. Akan tetapi pengaruh ini adalah pengaruh yang bersifat wadh’i (pengaruh yang diletakkan karena suatu hal).
Ada peribahasa yang terkenal di kalangan masyarakat umum yang mengatakan “Perkataan benar yang tampak seperti perkataan dusta jauh lebih buruk daripada perkataan dusta yang tampak seperti perkataan benar.” Tidak demikan, sebenarnya kita harus mengatakan bahwa keduanya itu buruk. Seseorang berkata dusta dengan tujuan supaya manusia membenarkannya. Sungguh ini merupakan perbuatan yang buruk dan merupakan dosa besar. Sekalipun juga seorang suami yang berdusta di hadapan istrinya, atau sebaliknya. Demikian pula manakala seseorang berbicara benar, akan tetapi orang menolak perkataannya. Karena itu dia harus berbicara dalam bentuk yang dapat dipahami oleh akal.
Namun terkadang dalam kenyataan akal kalah dengan otot dan uang. Ini dapat kita lihat di keseharian kehidupan kita. Dalam gedung-gedung terhormat sering terdapat politik dagang sapi, sehingga mereka tidak menempatkan kepentingan masyarakat banyak di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya. Sungguh mereka telah berdusta terhadap rakyatnya.
Dalam banyak riwayat dikatakan, sengatan ini (kata-kata yang melukai perasaan orang lain karena berdusta ) akan berubah menjadi kalajengking, ular berbisa dan serigala yang mengigit manusia di alam kubur dan juga di padang Masyhar dan neraka Jahanam. Sebagaimana perkataan Rumi dalam Matsnawi yang berbunyi, ” Dengan perantaraan sengatan lidah anda maka anda mempersiapkan serigala-serigala yang akan mengigit anda.”
Kita akhiri tulisan ini dengan sebuah doa: Ya Allah, dengan kemuliaan dan keluhuran-Mu, karuniakanlah kepada kami segenap kesadaran, sehingga kami berhati-hati di dalam perkataan kami, niat kami dan tingkah laku kami. Berikanlah taufik kepada kami untuk bisa taat dan beribadah kepada-Mu, serta mampu meninggalkan maksiat terhadap-Mu. Ya Allah, demi kemuliaan dan keluhuran-Mu, tunjukkanlah kami kepada jalan keridhaan-Mu dan cegahlah kami dari segala sesuatu yang mendatangkan kemarahan dan kemurkaan-Mu.
>
Sumber : www.the-az.com




Senin, 24 Januari 2011

"Khasiat Jeruk Nipis Untuk Kesehatan"

Dari salah satu jenis buah jeruk yang mempunyai beberapa khasiat untuk kesehatan adalah jeruk nipis atau kebanyakan orang menyebutnya jeruk bayi.
Foto Jeruk Nipis
Foto Jeruk Nipis

Khasiat Jeruk Nipis Untuk Kesehatan

1. Belahlah jeruk nipis menjadi 2 bagian dan gosokkan pada kulit muka dan kulit tubuh, maka kulit tersebut menjadi putih halus dan tangan bisa menjadi lembut.

2.Jika jeruk nipis dicampur dengan air hangat dan diminum setiap pagi, membuat suara anda menjadi merdu disamping membuat kesehatan kulit anda baik sekali.
3.Bisa membuat pori-pori kulit mengecil dan melenyapkan lemak pada kulit berminyak.
4.Menjaga berat badan anda dan menjamin kestabilan kerampingan badan.
5.Jika menginginkan rambut berkilauan, cucilah rambut anda dengan campuran perasan jeruk nipis, maka rambut menjadi halus dan berkilau.
6.Membuat kuku menjadi cemerlang kembali jika perasan jeruk nipis tersebut digosok-gosokkan, terutama jika ada noda yang tidak bisa di hilangkan.
7.Membasmi ketombe dikepala, gunakanlah perasan air jeruk nipis untuk mencacap dan biarkan 20-30 menit dan setelah itu keramaslah, maka kepala tidak berketombe lagi.
8.Melenyapkan gatal-gatal ditenggorokan dan menyembuhkan batuk pilek, gunakan air jeruk nipis dan sedikit kapur sirih.


Sumber : www.the-az.com

Jangan Sok Tahu

Di sebuah perjalanan yang melelahkan, seorang sahabat di masa Rasulullah mengalami kecelakaan. Kepalanya tertimpa batu, Darah mengucur dari luka yang sangat serius.
Perjalanan tetap dilanjutkan. Hingga malam datang menjelang. Jabir, salah seorang pengisah cerita itu menuturkan, bahwa mereka kemudian tidur pada malam yang sangat dingin itu, Keesokan harinya, lelaki yang terluka itu bangun. Rupanya semalam ia bermimpi yang menyebabkan ia harus mandi besar. Segera ia bertanya kepada kawan-kawannya, adakah ia punya keringanan untuk bertayamum saja karena luka menganga di kepalanya?

Orang-orang menjelaskan, “Tidak ada keringanan bagi engkau, selama engkau bisa mendapatkan air.”
Maka lelaki yang terluka itu pun mandi. Ia siram seluruh badannya, tak terkecuali kepalanya yang terluka. Karena mandi besar memang harus menyiram seluruh anggota badan. Ternyata luka parah di kepalanya yang tersiram air itu, mengantarkannya menemui ajal. Lelaki itu meninggal dan pergi untuk selama-lamanya.
Sekembali ke Madinah, Jabir mengisahkan kematian lelaki itu kepada Rasulullah. Juga tentang orang-orang yang memberi jawaban bahwa ia harus tetap mandi dengan alasan masih bisa mendapatkan air.
Rasulullah marah besar. Bahkan sangat marah. “Mereka telah membunuh orang itu. Semoga Allah membinasakan mereka,” begitu reaksi Rasulullah, Lalu ia melanjutkan, “Mengapa orang-orang itu tidak mau bertanya kalau memang tidak tahu, karena sesungguhnya penawar kebodohan itu adalah bertanya. Padahal semestinya lelaki itu cukup bertayamum, dan membungkus bagian lukanya dengan alas yang keras, lalu mengusap diatasnya dengan air. Baru kemudian menyiram dan membasahi sisa anggota badannya.”
Sebuah kematian memang punya waktu dan tempatnya. Juga caranya yang berbeda-beda. Ini takdir yang sudah tertitah pasti. Tetapi kemarahan Rasulullah yang sangat pada kasus di atas, menunjukkan betapa tindakan ceroboh yang menyebabkan kematian orang lain, tetaplah kesalahan. Dan, itu layak mendapat kecaman.
Secara alur sebab akibat, banyak kejadian penting dalam hidup ini bermula dari sebuah keputusan ‘sok tahu’ kita. Padahal kejadian itu menjadi menyejarah di kemudian waktu, baik maupun buruk, salah maupun benar. Dan, kata kunci dari segala keputusan kita meski sederhana adalah sebatas mana pengetahuan kita tentang apa dan mengapa kita membuat keputusan itu.
Orang-orang itu merasa tahu bahwa lelaki yang luka kepalanya itu harus mandi. Sebuah pengetahuan yang salah dan terbatas. Lalu mereka bersikap, bahwa tak ada keringanan untuk tidak mandi. Dan, sebuah sikap merasa tahu telah menyebabkan kematian yang mengenaskan. Kematian yang menyejarah, ditulis dalam beribu buku, dikaji dari berbagai sudut pandang, hingga saat ini.
Kajian terpenting dari kasus ini, ialah bahwa hidup tidak menyisakan banyak area untuk pengetahuan yang abu-abu, remang-remang atau setengah-setengah. Sebab hidup harus berjalan dengan mekanisme yang pasti. Karena-nya, pengetahuan yang setengah-setengah, sulit bisa dipakai untuk landasan sebuah tatanan hidup, Ia juga tidak akan banyak menyelasaikan masalah, justru bisa menjadi sumber masalah. Tetapi lebih buruk dari tidak tahu adalah bersikap ‘sok tahu’ yang bahasa gaulnya disebut sotoy. Karena sikap ’sok tahu’ hampir selalu menjadi sumber bencana.
Dalam pengertian seperti ini, kita memahami, mengapa Rasulullah, secara lebih tegas, dalam kesempatan lain, mengatakan, “Jika suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.”
Hidup ini harus ditata dengan keahlian. Sedang induk keahlian adalah pengetahuan. Orang-orang yang tidak tahu dalam suatu urusan, tidak boleh merasa tahu. Meski pada saat yang sama ia juga harus terus meningkatkan pengetahuannya.
Bersikap ’sok tahu’, secara moral mengandung unsur ‘pengkhianatan’. Ini mungkin terlalu kejam. Tapi begitulah kenyataannya. Pengkhianatan terhadap diri sendiri. Pengkhianatan terhadap kapasitas yang sesungguhnya kita miliki. Juga pengkhianatan kepada pada korban yang meyakini bahwa kita tahu. Akan ada manipulasi yang mengerikan dari segala sikap ’sok tahu’ dari siapa saja, padahal dirinya tidak-mengerti. Karenanya sangat beralasan mengapa Rasulullah begitu marah kepada orang-orang itu. Kecaman Rasulullah, juga ungkapannya, ‘Semoga Allah membinasakan mereka’ adalah refleksi mendalam betapa seriusnya permasalahan yang bisa ditimbulkan oleh orang-orang yang ’sok tahu’. Seserius penjelasannya tentang urusan yang akan hancur bila ditangani bukan oleh ahlinya.
Ini harus menjadi perhatian siapapun. Prinsip ini juga berlaku dalam segala sisi kehidupan dan dalam segala disiplin pengetahuan. Setiap kecerobohan akan melahirkan bencana. Dalam bidang syari’at Islam, orang-orang yang ’sok tahu’ dan dengan mudah mengumbar fatwa halal haram, bisa menyebabkan terjerumusnya orang lain kepada kesalahan ideologis dan hukum yang sangat fatal.
Karenannya, para ulama salaf mencela sebagian ahli ilmu di zamannya yang tergesa-gesa menetapkan fatwa tanpa pertimbangan yang matang dan meyakinkan. “Sesungguhnya seorang di antara kalian memberikan fatwa tentang suatu masalah yang andaikata disampaikan kepada Umar tentu ia mengumpulkan ahli Badar untuk itu.” Sebagian yang lain mengatakan, “Orang yang paling berani berfatwa di antara kalian adalah orang yang paling berani masuk neraka.”
Pada jaman yang terus berkembang, 3 penyakit merasa tahu punya tempat salurannya yang luar biasa. Seperti dunia pengamat dan dunia politisi, misalnya. Karena untuk dua profesi ini, pengetahuan, dalam batas tertentu, cukup diwadahi dengan ucapan dan retorika bicara.
Padahal hidup adalah dunia nyata, bukan dunia omongan yang berbusa-busa. Disinilah mengapa, orang yang pandai bicara belum tentu pandai bekerja. Karena pengetahuan, akan menemukan pembenarannya di alam yang sesungguhnya: alam kerja nyata.
Dalam sisi kehidupan lain yang lebih berdimensi sosial, kecerobohan dan sikap ’sok tahu’ bisa membunuh tidak saja satu orang yang luka kepalanya. Seperti sebuah definisi yang salah tentang terorisme, dari orang-orang kerdil dan sok tahu, misalnya, telah membunuh ribuan orang diberbagai belahan dunia, serta mengebiri jutaan lainnya. Sementara, di tempat yang lain, orang harus berjibaku dengan nasibnya yang gelap, akibat ulah orang-orang hidup dengan pengetahuan dan keahlian yang ‘ala kadarnya’.
Di tempat lain, sikap sok tahu mendapatkan ramuan penghancur terhebatnya, ketika ia bertemu dengan kekuasaan. Maka penguasa-penguasa yang bodoh, dalam level kekuasaan sekecil apapun akan cenderung otoriter dan ’sok tahu’. Karena itu merupakan cara utama untuk menutupi kedunguannya.
Dalam konteks keimanan, bila Allah mengaitkan kapasitas pengetahuan dan ilmu seseorang dengan kemampuan untuk takut kepada-Nya, maka sudah barang tentu kebalikannya, orang-orang yang bodoh dan miskin pengetahuan, berpeluang besar melakukan dosa dan maksiat kepada-Nya. Terlebih bila mereka bersikap pura-pura tahu atau merasa tahu.
Ibnu Qoyyim berkata, “Dosa itu dipagari oleh dua kebodohan. Bodoh terhadap hakikat sebab-sebab yang bisa memalingkannya, dan bodoh akan hakikat kerusakan yang diakibatkannya. Dari tiap kebodohan itu di bawahnya terdapat kebodohan-kebodohan yang banyak. Maka, Allah tidak dimaksiati kecuali dengan kebodohan dan tidak ditaati kecuali dengan ilmu.”
Tidaklah aib berkata tidak tahu. Suatu hari, Masruq dan beberapa orang lainnya masuk ke rumah Abdullah bin Mas’ud. Kepada mereka Abdullah bin Mas’ud berkata, “Wahai umat manusia, Sesiapa yang mengetahui tentang suatu perkara, hendaklah ia menerangkannya. Dan sesiapa yang tidak mengetahuinya maka hendaklah dia berkata, ‘Allah lebih mengetahui.’ Kerana berkata demikian itu (Allah lebih mengetahui) tentang sesuatu perkara yang tidak diketahui adalah termasuk dari ilmu.”
Orang-orang yang ’sok tahu’ tidak akan sama dengan orang-orang yang tidak tahu, meski keduanya sama sama tidak tahu. Perbedaan utamanya seringkali terletak pada bencana yang diakibatkannya. Hidup memang makin membutuhkan keahlian spesial. Tetapi jujur atas ketidaktahuan adalah pelengkap yang harus diambil dari segala keahlian. Tidaklah aib berkata tidak tahu. Ini bukan sekadar sudut pandang moral, tapi juga bagian penting dari menjauhi bencana dan menghindari malapetaka. Agar tidak ada orang yang mati begitu saja, hanya karena ulah orang-orang yang ’sok tahu’. Agar juga tak ada yang terlunta-lunta dalam sengsara, karena kecerobohan orang-orang yang tak mengerti apa-apa tapi merasa tahu segala-galanya.
Jangan sok tahu. Dan, jangan sotoy.
Wallahu’alam

Sumber : gggg
Di sebuah perjalanan yang melelahkan, seorang sahabat di masa Rasulullah mengalami kecelakaan. Kepalanya tertimpa batu, Darah mengucur dari luka yang sangat serius.Perjalanan tetap dilanjutkan. Hingga malam datang menjelang. Jabir, salah seorang pengisah cerita itu menuturkan, bahwa mereka kemudian tidur pada malam yang sangat dingin itu, Keesokan harinya, lelaki yang terluka itu bangun. Rupanya semalam ia bermimpi yang menyebabkan ia harus mandi besar. Segera ia bertanya kepada kawan-kawannya, adakah ia punya keringanan untuk bertayamum saja karena luka menganga di kepalanya?

Orang-orang menjelaskan, “Tidak ada keringanan bagi engkau, selama engkau bisa mendapatkan air.”
Maka lelaki yang terluka itu pun mandi. Ia siram seluruh badannya, tak terkecuali kepalanya yang terluka. Karena mandi besar memang harus menyiram seluruh anggota badan. Ternyata luka parah di kepalanya yang tersiram air itu, mengantarkannya menemui ajal. Lelaki itu meninggal dan pergi untuk selama-lamanya.
Sekembali ke Madinah, Jabir mengisahkan kematian lelaki itu kepada Rasulullah. Juga tentang orang-orang yang memberi jawaban bahwa ia harus tetap mandi dengan alasan masih bisa mendapatkan air.
Rasulullah marah besar. Bahkan sangat marah. “Mereka telah membunuh orang itu. Semoga Allah membinasakan mereka,” begitu reaksi Rasulullah, Lalu ia melanjutkan, “Mengapa orang-orang itu tidak mau bertanya kalau memang tidak tahu, karena sesungguhnya penawar kebodohan itu adalah bertanya. Padahal semestinya lelaki itu cukup bertayamum, dan membungkus bagian lukanya dengan alas yang keras, lalu mengusap diatasnya dengan air. Baru kemudian menyiram dan membasahi sisa anggota badannya.”
Sebuah kematian memang punya waktu dan tempatnya. Juga caranya yang berbeda-beda. Ini takdir yang sudah tertitah pasti. Tetapi kemarahan Rasulullah yang sangat pada kasus di atas, menunjukkan betapa tindakan ceroboh yang menyebabkan kematian orang lain, tetaplah kesalahan. Dan, itu layak mendapat kecaman.
Secara alur sebab akibat, banyak kejadian penting dalam hidup ini bermula dari sebuah keputusan ‘sok tahu’ kita. Padahal kejadian itu menjadi menyejarah di kemudian waktu, baik maupun buruk, salah maupun benar. Dan, kata kunci dari segala keputusan kita meski sederhana adalah sebatas mana pengetahuan kita tentang apa dan mengapa kita membuat keputusan itu.
Orang-orang itu merasa tahu bahwa lelaki yang luka kepalanya itu harus mandi. Sebuah pengetahuan yang salah dan terbatas. Lalu mereka bersikap, bahwa tak ada keringanan untuk tidak mandi. Dan, sebuah sikap merasa tahu telah menyebabkan kematian yang mengenaskan. Kematian yang menyejarah, ditulis dalam beribu buku, dikaji dari berbagai sudut pandang, hingga saat ini.
Kajian terpenting dari kasus ini, ialah bahwa hidup tidak menyisakan banyak area untuk pengetahuan yang abu-abu, remang-remang atau setengah-setengah. Sebab hidup harus berjalan dengan mekanisme yang pasti. Karena-nya, pengetahuan yang setengah-setengah, sulit bisa dipakai untuk landasan sebuah tatanan hidup, Ia juga tidak akan banyak menyelasaikan masalah, justru bisa menjadi sumber masalah. Tetapi lebih buruk dari tidak tahu adalah bersikap ‘sok tahu’ yang bahasa gaulnya disebut sotoy. Karena sikap ’sok tahu’ hampir selalu menjadi sumber bencana.
Dalam pengertian seperti ini, kita memahami, mengapa Rasulullah, secara lebih tegas, dalam kesempatan lain, mengatakan, “Jika suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.”
Hidup ini harus ditata dengan keahlian. Sedang induk keahlian adalah pengetahuan. Orang-orang yang tidak tahu dalam suatu urusan, tidak boleh merasa tahu. Meski pada saat yang sama ia juga harus terus meningkatkan pengetahuannya.
Bersikap ’sok tahu’, secara moral mengandung unsur ‘pengkhianatan’. Ini mungkin terlalu kejam. Tapi begitulah kenyataannya. Pengkhianatan terhadap diri sendiri. Pengkhianatan terhadap kapasitas yang sesungguhnya kita miliki. Juga pengkhianatan kepada pada korban yang meyakini bahwa kita tahu. Akan ada manipulasi yang mengerikan dari segala sikap ’sok tahu’ dari siapa saja, padahal dirinya tidak-mengerti. Karenanya sangat beralasan mengapa Rasulullah begitu marah kepada orang-orang itu. Kecaman Rasulullah, juga ungkapannya, ‘Semoga Allah membinasakan mereka’ adalah refleksi mendalam betapa seriusnya permasalahan yang bisa ditimbulkan oleh orang-orang yang ’sok tahu’. Seserius penjelasannya tentang urusan yang akan hancur bila ditangani bukan oleh ahlinya.
Ini harus menjadi perhatian siapapun. Prinsip ini juga berlaku dalam segala sisi kehidupan dan dalam segala disiplin pengetahuan. Setiap kecerobohan akan melahirkan bencana. Dalam bidang syari’at Islam, orang-orang yang ’sok tahu’ dan dengan mudah mengumbar fatwa halal haram, bisa menyebabkan terjerumusnya orang lain kepada kesalahan ideologis dan hukum yang sangat fatal.
Karenannya, para ulama salaf mencela sebagian ahli ilmu di zamannya yang tergesa-gesa menetapkan fatwa tanpa pertimbangan yang matang dan meyakinkan. “Sesungguhnya seorang di antara kalian memberikan fatwa tentang suatu masalah yang andaikata disampaikan kepada Umar tentu ia mengumpulkan ahli Badar untuk itu.” Sebagian yang lain mengatakan, “Orang yang paling berani berfatwa di antara kalian adalah orang yang paling berani masuk neraka.”
Pada jaman yang terus berkembang, 3 penyakit merasa tahu punya tempat salurannya yang luar biasa. Seperti dunia pengamat dan dunia politisi, misalnya. Karena untuk dua profesi ini, pengetahuan, dalam batas tertentu, cukup diwadahi dengan ucapan dan retorika bicara.
Padahal hidup adalah dunia nyata, bukan dunia omongan yang berbusa-busa. Disinilah mengapa, orang yang pandai bicara belum tentu pandai bekerja. Karena pengetahuan, akan menemukan pembenarannya di alam yang sesungguhnya: alam kerja nyata.
Dalam sisi kehidupan lain yang lebih berdimensi sosial, kecerobohan dan sikap ’sok tahu’ bisa membunuh tidak saja satu orang yang luka kepalanya. Seperti sebuah definisi yang salah tentang terorisme, dari orang-orang kerdil dan sok tahu, misalnya, telah membunuh ribuan orang diberbagai belahan dunia, serta mengebiri jutaan lainnya. Sementara, di tempat yang lain, orang harus berjibaku dengan nasibnya yang gelap, akibat ulah orang-orang hidup dengan pengetahuan dan keahlian yang ‘ala kadarnya’.
Di tempat lain, sikap sok tahu mendapatkan ramuan penghancur terhebatnya, ketika ia bertemu dengan kekuasaan. Maka penguasa-penguasa yang bodoh, dalam level kekuasaan sekecil apapun akan cenderung otoriter dan ’sok tahu’. Karena itu merupakan cara utama untuk menutupi kedunguannya.
Dalam konteks keimanan, bila Allah mengaitkan kapasitas pengetahuan dan ilmu seseorang dengan kemampuan untuk takut kepada-Nya, maka sudah barang tentu kebalikannya, orang-orang yang bodoh dan miskin pengetahuan, berpeluang besar melakukan dosa dan maksiat kepada-Nya. Terlebih bila mereka bersikap pura-pura tahu atau merasa tahu.
Ibnu Qoyyim berkata, “Dosa itu dipagari oleh dua kebodohan. Bodoh terhadap hakikat sebab-sebab yang bisa memalingkannya, dan bodoh akan hakikat kerusakan yang diakibatkannya. Dari tiap kebodohan itu di bawahnya terdapat kebodohan-kebodohan yang banyak. Maka, Allah tidak dimaksiati kecuali dengan kebodohan dan tidak ditaati kecuali dengan ilmu.”
Tidaklah aib berkata tidak tahu. Suatu hari, Masruq dan beberapa orang lainnya masuk ke rumah Abdullah bin Mas’ud. Kepada mereka Abdullah bin Mas’ud berkata, “Wahai umat manusia, Sesiapa yang mengetahui tentang suatu perkara, hendaklah ia menerangkannya. Dan sesiapa yang tidak mengetahuinya maka hendaklah dia berkata, ‘Allah lebih mengetahui.’ Kerana berkata demikian itu (Allah lebih mengetahui) tentang sesuatu perkara yang tidak diketahui adalah termasuk dari ilmu.”
Orang-orang yang ’sok tahu’ tidak akan sama dengan orang-orang yang tidak tahu, meski keduanya sama sama tidak tahu. Perbedaan utamanya seringkali terletak pada bencana yang diakibatkannya. Hidup memang makin membutuhkan keahlian spesial. Tetapi jujur atas ketidaktahuan adalah pelengkap yang harus diambil dari segala keahlian. Tidaklah aib berkata tidak tahu. Ini bukan sekadar sudut pandang moral, tapi juga bagian penting dari menjauhi bencana dan menghindari malapetaka. Agar tidak ada orang yang mati begitu saja, hanya karena ulah orang-orang yang ’sok tahu’. Agar juga tak ada yang terlunta-lunta dalam sengsara, karena kecerobohan orang-orang yang tak mengerti apa-apa tapi merasa tahu segala-galanya.
Jangan sok tahu. Dan, jangan sotoy.
Wallahu’alam


Sumber : www.the-az.com

Minggu, 23 Januari 2011

Kalium Pada Kentang

 Oleh : Nurul Fidiyati, SP, M.A
Kalium merupakan unsur hara esensial tanaman, bahkan semua makhluk hidup. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsi spesifiknya di dalam tanaman. Menurut Winarso (2005), fungsi K sebagai hara esensial bagi pertumbuhan tanaman adalah: 1) esensial dalam sintesis protein, 2) penting dalam pembentukan buah, 3) membantu tanaman dalam mengatasi gangguan penyakit, 4) membantu dalam kesetimbangan ion dalam tanaman, 5) meningkatkan daya tahan tanaman terhadap iklim yang tidak menguntungkan, 6) penting dalam tranlokasi logam-logam berat seperti Fe, (7) terlibat aktif dalam lebih 60 sistem enzim yang mengatur reaksi-reaksi kecepatan pertumbuhan tanaman. Kalium juga berperan dalam proses fotosintesis dan transpirasi tanaman (Suyamto, 1989 dalam Yanto; 2004). Tanaman dapat menyerap kalium jauh dari yang sebenarnya diperlukan, kencenderungan ini disebut pemakaian berlebihan, karena kenaikan serapan kalium tidak lagi diikuti oleh bertambahnya produksi. (Soepardi, 1983). Kalium di dalam tanaman ada dalam bentuk K+ yang bervariasi sekitar 1,7% hingga 2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara normal.
Kalium tidak selalu mempengaruhi produksi, tetapi secara umum lebih berpengaruh pada kualitas hasil, kandungan bahan kering, black spot, kerusakan mekanik, perubahan warna setelah diolah dan daya simpan. Hooker (dalam Mustofa, 1994) menjelaskan bahwa gejala kekurangan kalium pada kentang ditandai dengan kenampakan awal berupa tajuk hijau kebiruan atau berkilat yang abnormal. Sedangkan apabila kelebihan kalium ada kemungkinan defisiensi unsur Ca dan Mg yang mungkin pertama defisien (Jones et al., 1991).
Suplai K ke dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah. Rendahnya Kalium tersedia dalam tanah terutama disebabkan oleh pengangkutan melalui panen berkali-kali yang dilakukan tanpa pengembalian unsur tersebut di dalam tanah. Keadaan itu menyebabkan rendahnya tingkat kesuburan tanah yang bersangkutan sehingga merupakan faktor pembatas untuk produk selanjutnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kesuburan tanah secara tidak langsung berhubungan dengan komposisi kimia tanah. Faktor yang paling penting adalah tingkatan bentuk hara yang tersedia bagi tanaman. Rinsema (1986), mengemukakan bahwa di dalam praktek cukup banyak dijumpai pemupukan yang tidak efektif. Pemupukan yang efektif adalah pemupukan yang melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatif meliputi: unsur pupuk yang diberikan relevan dengan masalah nutrisi yang ada, waktu penempatan pupuk, unsur hara yang berada pada waktu dan tempat yang tepat dapat diserap dan digunakan oleh tanaman. Unsur hara yang diserap dan digunakan untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya. Sedangkan persyaratan kualitatif pemupukan adalah dosis pupuk.
Menurut (Hakim et al., 1986), sumber utama Kalium tanah adalah kerak bumi yang mengandung asam mineral kalium. Sebagai unsur, Kalium tidak dapat berdiri sendiri namun selalu terdapat dalam persenyawaan dalam berbagai batuan, mineral, dan larutan garam.
Status kalium tanaman berpengaruh besar terhadap laju perluasan daun, selain itu juga memperbaiki fungsi stomata sehingga kehilangan air melalui transpirasi dapat dikurangi sebesar 30 % dan serapan CO2 ditingkatkan sebesar 70 % (Koch dan Estes, 1976). Kalium ternyata juga mampu memperbaiki mekanisme penyimpanan air dalam sel dan turgor sitoplasma serta protein ensim, sehingga menyediakan kondisi yang sesuai untuk fotosintesis dan tahap-tahap metabolisme selanjutnya. Turgor sangat menentukan ketegaran daun, sehingga juga berpengaruh terhadap intersepsi cahaya.
Menurut Koch dan Estes (1976) pengaruh utama kalium pada tanaman kentang adalah mengurangi sukulensi daun, memperbesar umbi, dan dapat menunda pengguran daun yang mengakibatkan bertambahnya luas daun yang pada akhirnya meningkatkan hasil. Menurut Supartini 1979, (dalam Christiningsih 1991) kalium banyak diserap pada fase vegetatif, sedangkan fase pemasakan serapan K rendah. Serapan K yang tinggi menunjukkann bahwa K mampu berkompetisi dengan serapan kation lain. Menurut Madjid (2007) kentang menyerap unsur K melalui 2 mekanisme yaitu difusi dan aliran massa. Difusi adalah mekanisme yang banyak digunakan tanaman kentang untuk menyerap kalium sebesar 77,7%.
Unsur hara lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kentang adalah Nitrogen, Fosfor, Kalsium, Magnesium, dan Belerang.
Nitrogen dosis tinggi akan merangsang pertumbuhan tajuk dan menunda pembentukan umbi (Beukema dan Vander Zaag, 1997). Fosfor sangat penting pada pertumbuhan awal dan pembentukan umbi. Gejala defisiensi pada umbi tidak memperlihatkan gejala eksternal, tetapi bercak berwarna karat kecoklatan akan terbentuk dalam umbi dengan pola radial (Jones et al., 1991). Hooker (dalam Mustofa, 1994), kalsium berfungsi merangsang pertumbuhan dan perkembangan tepung sari. Apabila kekurangan kalsium maka umbi dari tanaman akan memperlihatkan nekrosis kecoklatan pada jaringan pembuluh.

Manfaat Kotoran Ayam Sebagai "Bahan Organik"

          Oleh : Nurul Fidiyati, SP, M.A    
Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah. Menurut Kononova, (1966) bahan organik merupakan suatu sistem yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah yang senantiasa mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisik, biologis, dan kimia. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah umumnya dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan guano.
Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang tercampur dengan sisa makanan (Soepardi, 1983). Nilai pupuk kandang ditentukan oleh sumber, cara penanganannya dan harga hara yang ditambahkan (Thomson dan Troeh, 1979). Selain itu juga ditentukan oleh komposisi pupuk, yang tergantung dari jenis, umur, keadaan individu hewan dan jenis makanan yang dikonsumsi hewan (Jones,1979).
Menurut Syarief (1990), pupuk kandang memiliki beberapa sifat yang lebih baik dari pupuk alam yang lainnya antara lain: 1) merupakan humus yang dapat menjaga/mempertahankan struktur tanah, 2) sebagai sumber hara N, P, dan K yang amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, 3) menaikkan daya menahan air, 4) banyak mengandung mikroorganisme yang dapat mensintesa senyawa-senyawa tertentu sehingga berguna bagi tanaman.
Penambahan pupuk kandang ke dalam tanah dapat menjaga stabilitas agregat dan pori-pori makro yang dibutuhkan untuk infiltrasi sehingga mengurangi run off dan erosi (Wild, 1994). Pupuk kandang yang dapat digunakan antara lain adalah kotoran ayam. Menurut Sujatmaka (1987), menyatakan dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya kotoran ayam paling kaya akan unsur hara. Menurut Hardjowigeno (1995) bahwa di dalam Kotoran ayam terkandung unsur-unsur hara seperti N,P, dan K (Tabel 1). Tabel 1. Kadar N, P, dan K yang terdapat dalam Pupuk Kandang (Hardjowigeno,1995)
Unsur (%)
Kotoran ayam
Kotoran Sapi
Kotoran Kuda
Kotoran Babi
Kotoran Domba
Nitrogen (N)
1,70
0,29
0,44
0.60
0,55
Phospor (P2O5)
1,90
0,17
0,17
0,41
0,31
Kalium (K2O)
1,50
0,35
0,35
0,13
0,15

Dari Tabel 1 dapat terlihat bahwa pupuk kotoran ayam memiliki sumber kalium terbesar dibandingkan dengan pupuk kandang yang lain yaitu sebesar 1,50 %.
Selain itu, dalam pupuk kandang kotoran ayam juga mengandung unsur mikro seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), molybdenum (Mo). Pupuk kandang kotoran ayam lebih cepat matangnya dari pada pupuk kandang jenis lainnya (Lingga,1992).
Menurut Nurlela (1995) kelembaban yang rendah memperkecil mineralisasinya dan mempersempit depresi nitrat dalam tanah sehingga ketersediaan unsur hara yang di dapat dalam kotoran ayam lebih cepat diserap dari pada pupuk kandang lainnya.
Pupuk kandang kotoran ayam juga dikategorikan berkualitas tinggi dan lebih cepat tersedia dibandingkan dengan pupuk kandang yang lain serta merupakan pupuk kandang terkaya, mengandung bahan organik, nitrogen, fospor, kalium tersedia lebih besar. Pupuk kandang kotoran ayam merupakan pupuk organik yang cepat terdekomposisi sehingga biasanya direkomendasikan untuk tanaman yang berumur pendek termasuk tanaman kentang (Makawi,1982).

Cara Praktis mengobati Ambeien

 Oleh : Nurul Fidiyati, SP, M.A
Tau gak penyakit yg namanya Ambein?Pasti kalian semua tidak asing kan dgn penyakit yg satu ini. Nahh, teman-teman ternyata mengobat Ambeien cukup mudah lho, tanpa harus mengguakan obat-obat kimia...Ini dia tipsnya:
1. Kita harus maakan yg buah-buahan terutama buah-buahan yg mengandung serat
2. Banyak mengkonsumsi sayuran dlm jumlah yg cukup
3. Ini yg paling penting, ketika kita bangun tidur angkatlah kakimu satu per satu sampai menyentuh wajah, ulangi minimal 20 kali, dan kemudian angkatlah kedua kakimu secara bersama-sama sampai menyentuh wajah. lakukan hal ini setiap hari. Insyaallha Ambeien kamu akan sembuh. Hal ini udah kau coba lho teman-teman...
Let's Try.......

Sabtu, 22 Januari 2011

Percobaan Kloning Manusia

Kloning era modern dimulai tahun 1958 saat ahli fisiologi tanaman Inggris RC Steward (1904 – 1993) mengklon tanaman wortel dari sel tunggal dewasa yang diletakkan dalam kultur nutrisi yang mengandung hormon. Kloning sel hewan pertama terjadi tahun 1964, saat ahli biologi molekuler inggris John B Gurdon (1933 – 1989) mengambil nukleus dari sel testis kecebong dan menyuntikkannya kedalam telur yang tidak subur. Nukleus sel ini dalam telur itu telah dihancurkan dengan sinar ultraviolet, tapi saat telur di erami, Gurdon menemukan kalau 1-2% dari telur tersebut berhasil berkembang menjadi katak dewasa yang subur.
Kloning mamalia pertama yang sukses terjadi hampir 20 tahun lalu, saat para ilmuan Swiss dan Amerika Serikat berhasil mengkloning tikus menggunakan metode yang sama dengan pendekatan Gurdon. Metode mereka memerlukan satu langkah tambahan, yaitu setelah mengambil nukleus dari janin semacam tikus, mereka mengirimnya kedalam janin tikus jenis lain. Tikus yang disuntikkan ini berperan sebagai ibu angkat. Kloning hewan ternak di coba juga tahun 1988, saat janin dari sapi juara di transplantasikan pada telur sapi yang tidak subur yang nukleusnya sendiri telah dibuang. Terobosan yang lebih besar lagi terjadi tanggal 24 februari 1997, dengan kelahiran seekor domba bernama Dolly di Edinburg, Skotlandia. Dolly bukan domba biasa : Ia adalah mamalia pertama yang lahir dari kloning sel dewasa. Jadi, ia direproduksi secara aseksual dalam bentuk kloning yang direkayasa genetik, ketimbang proses normal apapun. Hebatnya, ia menunjukkan kemampuan untuk bereproduksi gaya lama saat tanggal 23 april 1998, ia sendiri melahirkan anak bernama Bonnie.
Giliran Manusia?
Walau kelahiran Dolly dan Bonnie memunculkan harapan, mereka juga memunculkan rasa takut. Kalau mamalia besar saja seperti domba dapat di klon, apalagi manusia? Sejak tahun 1993 sudah ada usaha untuk mengkloning janin manusia sebagai bagian dari studi fertilisasi in vitro (perkawinan luar tubuh). Tujuannya untuk mengembangkan telur subur dalam tabung uji dan kemudian menanamkannya dalam rahim wanita yang tidak bisa hamil. Telur subur ini, walau begitu, tidak berkembang sampai tahap yang cocok untuk di transplantasikan ke rahim manusia.
Lalu tanggal 13 oktober 2001, para ilmuan dari Advanced Cell Technology di Worcester, Massachusetts, berhasil mengklon janin manusia. Mereka belum membuat hidup manusia, tapi mereka mengembangkan sumber jaringan syaraf dan jaringan lain yang dapat digunakan untuk kedokteran dan penelitian. Tetap saja berita itu sangat menggemparkan rakyat amerika dibalik tragedi serangan teroris 11 September. Sel manusia sudah bisa di reproduksi, dan sekali lagi tampak kalau produksi klon manusia itu mungkin dilakukan.
Mudah dipahami bagaimana orang merespon dengan hati-hati berita demikian. Ketakutan ini lebih berhubungan dengan hollywood daripada sains sih. Faktanya, pencapaian perusahaan dari Massachusetts tersebut, walaupun merupakan kemajuan ilmiah yang mengesankan, masih jauh dibandingkan citra Frankenstein yang dibangun oleh para anti rekayasa genetik. “Mengkloning janin” kedengarannya dramatis, padahal kenyataannya hanya satu janin yang baru mencapai ukuran enam sel sebelum sel tersebut berhenti membelah. Cuma enam sel! Ia bahkan ga dapat dilihat oleh mata tanpa mikroskop loh. Wew, jauh banget dari yang namanya tentara klon seperti di film Star Wars itu.
Kloning yang dilakukan oleh perusahaan dari Massachusetts itu adalah semacam kloning terapis, karena melibatkan produksi materi genetik untuk perawatan kondisi khusus. Itu jauh dari kloning yang bertujuan reproduktif, yang membutuhkan penanaman janin klon kedalam rahim – dan bahkan masih jauh banget dari citra klon yang dilahirkan dalam tabung uji tanpa orang tua satupun selain materi biologis yang dipakai untuk membuatnya.
Gagasan demikian terkait dengan visi dari novel Aldous Huxley tahun 1932 berjudul Brave New World daripada fakta ilmiah. Dan bahkan jika manusia ingin mengembangkan teknologi demikian, akan jauh sekali di masa depan. Bahkan bisa jadi “menciptakan kehidupan” lewat cara demikian adalah mustahil, bila ya, pencapaian demikian sama halnya saat dimana kita di masa depan berhasil pergi ke tata surya lain.
Ini bukan berarti kalau semua ketakutan kita pada kloning dan rekayasa genetika sebenarnya tidak beralasan; sebaliknya, itu adalah sebuah sikap skeptik yang penting. Menjadi skeptik itu bagus, sejauh kita punya alasan yang kuat untuk bersikap kritis.